SariAgri - Pemkot Semarang melalui Dinas Perikanan kini gencarkan sosialisasi Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan). Hal ini dilakukan karena tingkat konsumsi ikan di Kota Semarang masih kurang. Bahkan menurut data Dinas Perikanan Kota Semarang ada di urutan kedua setelah Kabupaten Pati dan secara nasional juga termasuk masih rendah tingkat konsumsi ikan.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengaku kalau masyarakatnya masih belum banyak mengkonsumsi ikan.
"Ternyata dalam survei yang terkait dengan pangan, kemampuan orang Semarang untuk mengkonsumsi ikan masih sangat rendah, penyebabnya kurang tahu apakah harga yang mahal atau suplai ikan yang kurang," ujar Wali Kota Semarang.
Hendi, panggilan akrab Wali Kota Semarang ini berharap nelayan mampu bergerak lebih profesional, mendapat ikan lebih banyak dan mengedukasi masyarakat supaya makan ikan.
"Maka dengan bergerak bersama, nantinya target konsumsi makan ikan untuk warga Semarang akan meningkat," tambah Hendi.
Untuk meningkatkan konsumsi makan ikan di Kota Semarang ini, Dinas Perikanan Kota Semarang gencarkan sosialisasi Gemarikan.
Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Nur Kholis mengungkapkan dari tahun-ke tahun tingkat konsumsi makan ikan di Kota Semarang sebenarnya meningkat. Pada tahun 2018, 36 kg/kapita/tahun, 2019 38/kg/kapita/tahun dan 2020 40,16 kg/kapita/tahun.
Nur Kholis menyebut produksi ikan di Kota Semarang hingga saat ini hanya 7 ton/tahunnya. Sedangkan ikan yang beredar di pasaran Kota Semarang mencapai 17.000 ton per tahunnya.
"Dari sisi pasar, Kota Semarang masih sangat membutuhkan banyak ikan, bahkan saat ini masih dipasok dari wilayah-wilayah sekitar Semarang," imbuhnya.
Produksi perikanan bisa dari nelayan tangkap, pembudidaya air tawar, payau dan pengolah hasil perikanan yang perlu diwadahi dalam satu lokasi. Salah satu upaya meningkatkan produksi ikan di kota Semarang lanjut Nur Kholis adalah dengan budidaya perikanan perkotaan.
"Kami akan terus mendorong Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang melakukan budidaya ikan, bahkan dari Dinas Perikanan juga menyediakan benih ikan untuk KUB," ujarnya.
Perikanan Indonesia perikanan ini, Dinas Perikanan memproduksi benih dan membantu masyarakat dalam bentuk KUB yang membutuhkan benih.
"Kita memberi bantuan teknis dan penyuluh, jadi tidak semata-mata hanya diberi benih ikan saja tapi ada panduan dari kami sampai berhasil," terangnya.
Menurut Nur Kholis, data dari Balai Benih Ikan Mijen, saat pandemi COVID-19, permintaan benih ikan justru meningkat tajam. Pembudidaya bahkan tidak hanya KUB saja namun yang bersifat pribadi atau perseorangan juga banyak yang melakukan budidaya di masa pandemi.
"Saat ini banyak yang membeli benih ikan dari kita, karena memang kita memijahkan sendiri, jadi dari PAD Rp 80 juta ini kita belanjakan indukan lalu kita pijahkan dan hasil pemijahan ini kita jual pada masyarakat," tambah Kasi Pembenihan dan Pengelolaan Balai Benih Ikan Mijen, Nugrahandani Astuti.
Astuti mengatakan bahwa di dalam Balai Benih Ikan Mijen tersedia beberapa benih ikan seperti nila, karper dan lele. Sedangkan untuk ikan Koi dan Gurame sedang pada masa uji coba kualitas air.